Cara menjadi fotografer handal memang tidak mudah, diperlukan waktu
dan latihan dalam mengasah kemampuan teknik memotret dan tahapan editing
foto. Apa itu fotografer ?Fotografer adalah orang yang memegang kendali
dalam aktivitas fotografi
Fotografi adalah proses pengambilan foto atau gambar cahaya
menggunakan media cahaya dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya
mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya dengan alat
menangkap cahaya yang terkenal dengan nama kamera.
Prinsip fotografi
adalah memokuskan cahaya dengan cara pembiasan sehingga mampu membakar
objek penangkap cahaya dan akan menghasilkan bayangan yang disebut
lensa.
Untuk menghasilkan foto yang baik fotografer harus didukung
dengan alat-alat yang mendukung dalam proses pemotretan, salah satunya
adalah media pencahayaan. Dalam fotografi cahaya sesuatu yang penting
dalam fotografi karena cahaya menjadi syarat terbentuknya sebuah foto,
tak peduli apakah cahaya itu sangat redup (misal api lilin) atau sangat
kuat (seperti matahari atau lampu studio). Tapi kalau tidak ada cahaya,
maka foto yang kita dapat hanya akan hitam total saja. Proses mengukur
cahaya tentunya dilakukan sebelum memotret, supaya kita (atau kamera)
tahu seberapa kuat cahaya yang ada, dan berapa setting eksposur yang
sebaiknya dipakai.
Banyak teknik teknik fotografi yang di gunakan oleh fotografer
salah satunya adalah teknik metering. Dalam dunia fotografi istilah
metering adalah proses mengukur pencahayaan agar menghasilkan foto yang
baik. apa itu metering? Sebagai praktik letakkan tiga buah baju
masing-masing dengan warna putih, hitam dan satu baju berwarna lain
berdekatan. Setelah dilakukan metering pada ketiga baju tersebut maka
akan tampak hasil kecerahan foto yang berbeda. Mengapa hasilnya bisa
berbeda padahal sumber cahayanya sama?
Baju hitam cenderung memberi speed lambat dari perhitungan
metering-nya, sedangkan baju putih sebaliknya. lightmeter mengukur
“kecerahan” apa pun untuk dijadikan gray 18 persen di foto nantinya. Itu
prinsip utama metering. Gray 18 persen adalah abu-abu dengan kepekatan
optis 18 persen. Anda bisa beli graycard 18 persen di toko foto.
Pertanyaannya mengapa 18 persen ?. Jadi sebenarnya kita bisa
mengukur ke kulit manusia dalam setiap pemotretan dengan standar kulit
orang Eropa. Untuk kulit Melayu (yang umumnya lebih gelap daripada
bule), Anda bisa mengkompensasi metering nya dengan MINUS agar sesuai.
Dan untuk kulit yang sangat putih kompesasikan ke PLUS. Jadi rumusnya :
• Kompensasi MINUS dalam metering, jika rata-rata kecerahan yang Anda potret kira-kira lebih gelap daripada gray 18%.
• Kompensasi PLUS, jika area yang Anda potret “rasanya” lebih terang daripada gray18%.
Memotret
secara umum melakukan metering dari pantulan cahaya yang kembali ke
kamera. Tapi pengukuran metering terbaik adalah dengan mengukur cahaya
langsung dari sumbernya dengan light meter terpisah. Apa itu light meter
?
Light Meter
adalah alat yang dipakai untuk mengukur jumlah cahaya yang masuk.
dengan membandingkan dengan ASA, aperture dan shutter speed yang
digunakan, maka Light Meter dapat menentukan cahaya yang masuk, sudah
“pas”, “under” (kurang) atau “over” (lebih). Di Dunia fotografi,
pengukur cahaya difungsikan untuk menentukan pembukaan. Diberikan
kecepatan film dan kecepatan rana, alat ini menunjukkan f-stop yang akan
memberikan sebuah pembukaan yang netral.
Light meter terdiri dari
dua macam yaitu internal dan eksternal. Light meter internal biasanya
telah terdapat pada kamera modern saat ini yang bisadilihat di LCD dan
view finder, sedangkan light meter eksternal digunakan sebagai alat
tambahan dan pendukung.
Dengan adanya fasilitas light meter
ini Anda tidak perlu lagi menebak-nebak kombinasi dari bukaan diafragma
dan shutter speed yang tepat untuk ‘mengisi’ film atau sensor dengan
cahaya. Pada intinya light meter fungsinya ibarat meteran yang mengukur
intensitas cahaya yang akan jatuh mengenai sensor atau film melalui
diafragma yang memudahkan fotografer untuk mencari keseimbangan
pencahayaan.
Secara umum light meter terdiri dari dua jenis pengukuran, Reflected
light meter dan Incident light meter. Reflected light meter adalah
cahaya yang dipantulkan oleh subyek, sedangkan Incident light meter
adalah cahaya yang jatuh ke subyek.
1. Reflected light meter
Seperti namanya (reflected), light meter akan menghitung cahaya yang
dipantulkan oleh subjek dan memilih setting exposure kamera (aperture,
shutter speed dan ISO) supaya tonalnya 18% abu-abu (gray).
Di kamera, untuk mengaktifkannya cukup menekan setengah tombol
shutter. Di light meter eksternal seperti Sekonic, bidik atau arahkan
alat ke daerah midtone (area yang sedang/midtone gelap-terangnya), dan
layar LCD akan menunjukkan setting exposure termasuk f-stop yang
direkomendasikan untuk dipakai.
Masalah yang timbul dari reflected light meter mode adalah light
meter bisa salah jika yang subjek foto terlalu banyak bidang putih atau
hitam. Bidang putih akan memantulkan terlalu banyak cahaya sehingga foto
akhir menjadi agak gelap/abu-abu. Sedangkan jika yang subjek berwarna
hitam, maka hasil akhir foto bisa menjadi abu-abu juga alias terlalu
terang.
2. Incident light meter
Untuk menghitung cahaya yang jatuh ke subjek foto, incident light
meter mode lebih akurat karena mengukur langsung kuantitas cahaya yang
jatuh ke subjek, bukan yang dipantulkan.
Cara memakainya yaitu menempatkannya ke subjek foto dan mengarahkan
kubah putih light meter menghadap arah cahaya lalu menekan tombol pada
light meter.
Jika arah cahaya dari samping yang menerangi subjek foto, arahkan
kubah ke arah lensa untuk mendapatkan perhitungan f-stop yang akurat.
Setting F-stop yang tepat akan terlihat di layar LCD.
Tipe incident light meter baik untuk foto portrait dengan flash,
untuk mengukur perbedaan exposure dari cahaya utama (main) dan pengisi
(fill).
Namun bagi anda pemula terdapat cara termudah dan efektif dalam
mencari keseimbangan cahaya, yaitu dengan cara membuka difragma
sebesar-besarnya kemudian mencari waktu yang diperlukan untuk
mengubah-ubah shutter speed hingga tercapai keseimbangan pencahayaan.
Kelebihan cara ini adalah mendapatkan shutter speed maksimal yang
mencegah goyangnya kamera agar tidak mempengaruhi hasil foto.
Untuk mendapatkan hasil foto yang bagus haruslah didukung oleh
metode/tekhnik dan ilmu tools sebagai contoh ilmu metering. Tentunya
kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Teknik foto tinggi yang dimiliki
oleh seorang fotografer belum tentu menghasilkan gambar yang baik tanpa
menggunakan ilmu metering yang benar. Begitu juga sebaliknya lightmeter
mahal yang digunakan oleh seorang fotografer tidak akan mengasilkan
gambar yang bagus jika memotret objek dengan model membelakangi cahaya
atau kembang api.